Senin, 24 Oktober 2011

Sudoku

Sudoku (atau ada pula yang menulisnya Su Doku) adalah sebuah puzzle yang didasarkan pada konsep Latin Square. Latin Square sendiri diperkenalkan pada tahun 1783 oleh Leonhard Euler, seorang matematikawan asal Swiss.
Papan Sudoku terbuat dari sembilan buah kotak berukuran 3×3 (kita sebut saja blok) yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan kotak besar berukuran 9×9. Beberapa kotak sudah diisi sebagai petunjuk awal dan tugas pemain adalah melengkapi angka-angka pada kotak yang lain sehingga keseluruhan papan permainan terisi secara lengkap. Tentu saja permainan ini ada aturannya, tetapi amatlah sederhana: kotak-kotak pada setiap baris, kolom, dan blok harus berisi sebuah angka yang unik dari 1 hingga 9. Angka-angka ini sebenarnya tidak memiliki hubungan aritmetis satu sama lain. Anda boleh menggantinya dengan 9 huruf, lambang, bahkan warna yang berbeda.

Jika Anda mengira bahwa puzzle ini berasal dari Negeri Matahari Terbit, Anda salah. Nama puzzle ini memang berbahasa Jepang, tetapi asalnya bukanlah dari sana. Permainan ini tadinya bernama Number Place dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1979 dalam sebuah majalah khusus puzzle, Dell Puzzle Magazines, di Manhattan, New York, dan terus berlangsung sampai sekarang. Adalah Howard Garns, seorang mantan arsitek, meninggal tahun 1989, yang paling “dicurigai” sebagai orang yang menciptakan permainan ini ketika dia berusia 74 tahun.
Tahun 1984 Nikoli, sebuah perusahaan penerbitan, membawa permainan ini ke Jepang dan menerbitkannya di sebuah media cetak khusus puzzle miliknya, Monthly Nikolist. Mereka menamakannya Suuji Wa Dokushin Ni Kagiru, disingkat Sudoku dan mematenkan kata ini. Media lain pun kemudian menerbitkan permainan ini dengan nama aslinya, Number Place. Mulai saat itulah permainan ini “mewabah” di Jepang. Lebih dari 600.000 majalah tentang Sudoku terjual di Jepang setiap bulannya. Lucunya, mereka lebih senang menyebutnya Number Place, sementara orang di luar Jepang menamakannya Sudoku.
Dari Jepang, puzzle ini kemudian “ditemukan” oleh Wayne Gould, seorang pensiunan hakim asal Matamata, Selandia Baru, ketika dia pada tahun 1997 berbelanja di sebuah toko buku di Tokyo. Gambar kotak-kotak berisi angka itu langsung menarik perhatiannya dan dia pun menjadi pecandu berat permainan ini. Dia pun kemudian—selama lebih dari 6 tahun—menulis sebuah program komputer agar soal permainan ini bisa dibangun secara lebih cepat. Gould lalu menawarkannya pada The Times, Inggris, yang kemudian menerbitkannya pada akhir tahun 2004 dengan nama Su Doku. Sampai saat ini, Times menerbitkan Su Doku setiap hari, menggunakan program buatan Gould ini. Gould pun kemudian menjual puzzle ini di situsnya. Dia menargetkan penghasilan satu juta dollar untuk tahun ini dari penjualan perangkat lunak dan royalti buku-bukunya.
Sudoku menjadi benar-benar mewabah di Inggris ketika The Daily Telegraph mengenalkannya pada pembacanya pada bulan Februari 2005. Media lain pun kemudian mengikuti dengan menyediakan permainan ini di edisinya masing-masing. Pertengahan Mei 2005 adalah awal demam Sudoku. Segala hal tentang Sudoku menjadi ladang uang: pemuatan di koran harian, penerbitan buku, penerbitan majalah, pertunjukkan televisi, siaran radio, pelayanan langganan lewat email, dan penyediaan layanan di telepon genggam. Khusus untuk buku, News & Star mencatat bahwa 6 dari 10 buku nonfiksi yang paling laris saat ini adalah buku tentang Sudoku. Hal ini cukup membuat J.K. Rowling, penulis serial Harry Potter, diberitakan khawatir akan kelancaran penjualan buku-bukunya. Dari Inggris, Sudoku kemudian menyebar di daratan Eropa, dari Prancis sampai Slowakia, lalu menular pula ke Australia dan Amerika. Variasi Sudoku pun kemudian dibuat.
Menjalarnya demam Sudoku ke seluruh dunia dimungkinkan karena untuk menyelesaikan permainan ini tidak diperlukan pengetahuan umum, kepandaian atas bahasa tertentu, juga kemampuan matematika. Anda hanya memerlukan kecermatan, kesabaran, dan logika.
Bagaimana di Indonesia? Akankah virus Sudoku, yang disebut-sebut sebagai virus puzzle yang paling cepat menyebar di seluruh dunia, juga akan hinggap di sini? Saya menemukan beberapa edisi buku Sudoku di toko buku Gramedia, tapi tidak tahu apakah buku ini termasuk laris atau tidak. Koran Kompas menurunkan berita tentang Sudoku pada bulan Oktober 2005, tetapi tidak mencoba memuat permainan ini di edisi Minggu; pun majalah bulanan Intisari, yang memiliki tradisi memuat puzzle di setiap edisinya.
Sumber : http://priatna.or.id/2006/01/05/sudoku/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar